Sabtu, 14 Juli 2007

Dampak Terhadap Mentalitas

Dampak Terhadap Mentalitas

Impuls-impuls autoerotic (masturbasi) terdapat pada semua manusia. Perbedaannya hanya terletak pada bagaimana cara kita menyelesaikan dorongan-dorongan tersebut. Beberapa dari kita merepresikan dorongan tersebut untuk memuaskan dirinya, sementara yang lain mengekspresikan keinginannya untuk mendapatkan pemuasan seksual.

Salah satu dorongan manusia yang sering menyebabkan manusia mendapat kesulitan pribadi dan sosial adalah dorongan seksual, yang pada kenyataannya sering menghadapkan manusia kepada suatu keadaan yang mendesak dan sangat membujuk untuk memperoleh pemuasan seksual dengan segera. Adanya persoalan seksual pada individu dapat menyebabkan individu yang bersangkutan sering dihadapkan pada keadaan yang seolah-olah ada kecenderungan untuk jatuh ke tingkat yang immature atau infantil dan setiap usaha untuk bertingkah laku seksual yang matur terhambat karenanya.

Yang terjadi adalah, sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh beberapa kalangan masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua kita, atau pernah dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat kanak-kanak.

Pengaruh kumulatif dari kejadian-kejadian ini seringkali berwujud kebingungan dan rasa berdosa, yang juga seringkali sukar dipilah. Saat di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuk jiwa (kompulsif). Masturbasi kompulsif - sebagaimana perilaku kejiwaan yang lain - adalah pertanda adanya masalah kejiwaan dan perlu mendapatkan penanganan dari dokter jiwa.

Fase akhir jika masturbasi konfulsif tidak diselesaikan dengan tepat adalah munculnya fenomena sexual addicted, sebuah ketagihan akan kegiatan-kegiatan seksual. Secara fisik, masturbasi dapat menyebabkan kelecetan atau rusaknya mukosa dan jaringan lain dari organ genitalia yang bersangkutan, baik akibat penggunaan alat bantu masturbasi atau hanya dengan menggunakan tangan dan jemari.

Penelitian Kinsey di Amerika Serikat menunjukkan, bahwa hampir semua pria dan tiga-perempat dari semua wanita melakukan masturbasi pada suatu waktu dalam hidup mereka. Penyelidikan Orebio mendapatkan bahwa 83% dari anak laki-laki dan 38% dari anak wanita melakukan masturbasi. Penyelidikan lainnya menunjukkan angka yang berbeda-beda pada setiap level umur responden, misalnya pada masa anak-anak (infantile sex play), adolescent, umur pertengahan dan kategori lainnya.

Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung menyatakan 'selalu' atau 'biasanya' mengalami orgasme ketika bermasturbasi (80 : 60). Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua (setelah senggama), bahkan bagi mereka yang telah memiliki pasangan seksual tetap.

Menurut penelitian, mereka yang biasanya melakukan masturbasi berumur antara tiga belas hingga dua puluh tahun. Pada umumnya yang melakukan masturbasi adalah mereka yang belum kawin, menjanda, menduda atau orang-orang yang kesepian atau dalam pengasingan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan masturbasi daripada anak perempuan. Penyebabnya antara lain, pertama, nafsu seksual anak perempuan tidak datang melonjak dan eksplosit. Kedua, perhatian anak perempuan tidak tertuju kepada masalah senggama karena mimpi seksual dan mengeluarkan sperma (ihtilam) lebih banyak dialami laki-laki. Mimpi erotis yang menyebabkan orgasme pada perempuan terjadi jika perasaan itu telah dialaminya dalam keadaan terjaga.

Fenomena Masturbasi

Fenomena Masturbasi
Hot Topic Fri, 09 Mar 2007 15:25:00 WIB

Masturbasi adalah sebuah fenomena umum dan sering didiskusikan yang terdapat di mana-mana.. Pelakunya pun tidak terbatas pada jenis kelamin, usia maupun latar belakang sosial. Sebenarnya gejala masturbasi pada usia pubertas dan remaja, banyak sekali terjadi. Hal ini disebabkan oleh kematangan seksual yang memuncak dan tidak mendapat penyaluran yang wajar; lalu ditambah dengan rangsangan-rangsangan ekstern berupa buku-buku dan gambar porno, film biru, meniru kawan dan lain-lain.

Oleh sebagian orang, masturbasi dianggap sebagai sebuah kebiasaan yang menyenangkan. Tetapi pada kelompok lain justru dianggap merupakan aktivitas penodaan diri yang dapat menimbulkan kelainan psikosomatik dan aneka dampak buruk lainnya. Masturbasi dilakukan oleh sebagian besar pria maupun wanita. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95% pria dan 89% wanita dilaporkan pernah melakukan masturbasi. Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan. Citra negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti "penyalahgunaan dengan tangan". Anggapan memalukan dan berdosa yang terlanjur tertanam disebabkan karena porsi "penyalahgunaan" pada kata itu hingga kini masih tetap ada dalam terjemahan moderen - meskipun para aparatur kesehatan telah sepakat bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental.

Tujuan utama masturbasi adalah mencari kepuasan atau melepas keinginan nafsu seksual dengan jalan tanpa bersenggama. Akan tetapi masturbasi tidak dapat memberikan kepuasan yang sebenarnya. Berbeda dengan bersenggama yang dilakukan oleh dua orang yang berlawanan jenis. Mereka mengalami kesenangan, kebahagiaan, dan keasyikan bersama. Pada senggama, rangsangan tidak begitu perlu dibangkitkan secara tiruan, karena hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan merupakan suatu hal yang alami. Dalam masturbasi satu-satunya sumber rangsangan adalah khayalan diri sendiri. Itulah yang menciptakan suatu gambaran erotis dalam pikiran. Masturbasi merupakan rangsangan yang sifatnya lokal pada anggota kelamin. Hubungan seks yang normal dapat menimbulkan rasa bahagia dan gembira, sedangkan masturbasi malah menciptakan depresi emosional dan psikologis.

Istilah masturbasi berasal dari kata latin “manasturbo” yang berarti rabaan atau gesekan dengan tangan (manu). Masturbasi secara umum didefenisikan sebagai rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ genital untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Namun pada kenyataannya, banyak cara untuk mendapatkan kepuasaan diri (self-gratification) tanpa mempergunakan tangan (frictionless masturbation), sehingga istilah masturbasi menjadi kurang mengena. Oleh karena itu, istilah “autoerotism” adalah istilah yang lebih mengena untuk menggambarkan fenomena ini.

Ada beberapa istilah masturbasi yang dikenal di masyarakat, antara lain onani atau rancap, yang berarti melakukan suatu rangsangan organ seks sendiri dengan cara menggesek-gesekkan tangan atau benda lain ke organ genital kita hingga mengeluarkan sperma dan mencapai orgasme. Dalam ajaran Islam, masturbasi dikenal dengan nama ; al-istimna', al-istima'bilkaff, nikah al-yad, al-I'timar, atau 'adtus sirriyah. Sedangkan masturbasi yang dilakukan oleh wanita disebut al-ilthaf.

Di masyarakat istilah onani lebih dikenal. Sebutan ini, menurut berbagai ulasan yang ditulis Prof. Dr. Dr. Wimpie Pangkahila Sp, And, Ketua Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, berasal dari nama seorang laki-laki, Onan, seperti dikisahkan dalam Kitab Perjanjian Lama Tersebutlah di dalam Kitab Kejadian pasal 38, Onan disuruh ayahnya, Yehuda, mengawini isteri almarhum kakaknya agar kakaknya mempunyai keturunan. Onan keberatan, karena anak yang akan lahir dianggap keturunan kakaknya. Maka Onan menumpahkan spermanya di luar tubuh janda itu setiap berhubungan seksual (coitus interruptus). Dengan cara yang kini disebut sanggama terputus itu, janda kakaknya tidak hamil. Namun akibatnya mengerikan. Tuhan murka dan Onan mati.

Onani atau masturbasi dalam pengertian sekarang bukanlah seperti yang dilakukan Onan. Masturbasi berarti mencari kepuasan seksual dengan rangsangan oleh diri sendiri (autoerotism), dan dapat pula berarti menerima dan memberikan rangsangan seksual pada kelamin untuk saling mencapai kepuasan seksual (mutual masturbation). Yang pasti pada masturbasi tidak terjadi hubungan seksual, tapi dapat dicapai orgasme. Freud (1957) mengatakan ada 3 fase dari masturbasi, yaitu (1) pada bayi; (2) pada fase perkembangan yang paling tinggi dari perkembangan seksual infantile yaitu pada kisaran umur 4 tahun, dan (3) pada fase pubertas. Menurut Freud, naluri seksual sudah terdapat pada permulaan kehidupan dan berkembang secara progressif sampai umur 4 tahun. Setelah ini berhenti maka tidak ada lagi perkembangan berikutnya (masa laten) sampai tiba saatnya masa pubertas pada kisaran umur 11 tahun.

Kesenangan yang Berbahaya

Siapa bilang onani nggak menimbulkan masalah secara fisik. Sejumlah kuman dan bakteri siap menyergap. Apa rasanya kalo "mahluk" asing itu masuk ke uretra?



Topik onani kerap jadi bahan pertanyaan para cowok. Nyatanya, menurut Dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK, hampir sembilan puluh persen cowok pernah melakukan onani.

Banyak yang menganggap bahwa onani adalah cara penyaluran yang paling aman. Padahal belum tentu. Malah, onani bisa juga menjadi faktor pemicu terjadinya penyakit . Bentuknya mungkin nggak seganas penyakit yang terjadi akibat sembarangan berhubungan seks.

Penyakit yang muncul akibat onani biasanya adalah infeksi dan alergi. Penyebabnya antara lain kalo teknik onani yang dilakukan rada "nyeleneh". Misalnya penis ditekan, dipencet, atau digesek keceng banget. Tapi bisa juga lantaran kebersihan tubuh khususnya alat kelamin, kurang terjaga. Umpamanya tangan nggak dicuci dulu. Atau abis onani nggak langsung dibersihin, dan lain sebagainya. Lainnya, kalo pake alat bantu yang nggak steril. Atau pake pelumas yang nggak cocok sama kulit.

INFEKSI

Infeksi bakal terjadi kalo penis lecet dan bakteri atau kuman masuk ke luka tersebut. Namanya juga bergesek, peluang timbulnya lecet pada permukaan yang tergesek jelas besar. Repotnya, saat onani "keterampilan" tangan sering lepas kontrol.

Karena merasa keenakan dan nyaman, tangan pun bergerak hebat. Sementara. Akibatnya kulit penis tambah lecet. Ditambah lagi kalo menggunakan alat bantu yang kurang terjaga kebersihannya. Begitu lecet, bakteri dan kuman yang ada di tangan atau alat bantu bakal langsung mengintervensi.

Proses "pindah rumah" bakteri dan kuman ini saat onani relatif tanpa hambatan. Dalam waktu singkat mereka bisa menjelajah seluruh area penis. Sebab saat ereksi semua pembuluh darah di penis akan melebar. Artinya semakin membuka peluang bakteri dan kuman memasuki "kawasan" tersebut.

Tanda-tanda terjadinya infeksi, permukaan kulit penis yang lecet akan memerah dan jadi borok. Malah kalo infeksinya parah, borok bisa sampe bernanah. Selain itu akan terjadi pembengkakan.

Bisa juga infeksi ini diikuti dengan rasa perih saat kencing dan badan panas-dingin. Kalo udah sampe begini, kudu lebih waspada lagi. Soalnya berarti ada indikasi masalah di saluran kencing (uretra).

Kenapa begitu, karena kuman atau bakteri juga bisa menembus lubang kencing yang terdapat di ujung penis. Dari sinilah awal, masuknya "mahluk" asing itu ke saluran kencing (uretra).

Peradangan di saluran kencing juga bisa terjadi karena pada saat menggesek, tekanan yang dilakukan oleh tangan terlalu kencang. Sehingga uretra akan tergencet.

ALERGI

Timbulnya alergi penyebabnya nggak lain karena penggunaan bahan-bahan pelumas. Kayak minyak, cream, atau gel yang nggak cocok dengan kulit. Sehingga menimbulkan peradangan di kulit kemaluan.

Reaksi alergi bisa berbentuk bengkak ataupun gatel. Awalnya, biasanya ditandai dengan kulit yang memerah. Nggak lama setelah itu kulit membengkak. Terus timbul bintik-bintik merah. Bintik-bintik ini penyebarannya merata, alias nggak cuma timbul pada daerah tertentu.

Kalo alerginya makin berat, pada bintik-bintik tersebut bakalan mengeluarkan cairan. Klimaksnya adalah keluarnya nanah. Rasanya, jangan ditanya lagi. Bisa bikin kamu kayak cacing kepanasan.

PENGOBATANNYA

Buat infeksi luar cara ngobatinnya biasanya cukup diolesi salep antibiotik. Sementara kalo terjadi borok basah (bernanah) mungkin perlu dikompres. Sedang bila infeksinya terjadi di saluran kencing, cara pengobatannya adalah meminum obat antibiotik.

Nah, kalo udah terlalu berat, obat yang dikasih dokter biasanya macem-macem. Dari salep sampe obat minum. Cara ngobatin alergi juga hampir mirip. Untuk memberantas alergi, dokter-dokter ahli penyakit kelamin bakal ngasih salep dan obat antialergi.

Pengobatan kedua penyakit ini nggak makan waktu lama. Paling sekitar empat atau lima hari. Tentu "korban" onani kudu mengikuti aturan pakai, plus menuruti anjuran untuk nggak beronanidulu sampai sembuh. (ayu, berdasarkan wawancara dengan Dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK)